Evakuasi Korban Gedung Ponpes yang Ambruk Menggunakan Alat Berat
3 mins read

Evakuasi Korban Gedung Ponpes yang Ambruk Menggunakan Alat Berat

Evakuasi korban akibat gedung yang ambruk di Pondok Pesantren Al Khozyni, Buduran, Sidoarjo, telah memasuki tahap krusial dengan pengerahan alat berat. Keputusan ini dikeluarkan setelah melalui proses asesmen yang menyeluruh dan dialog dengan keluarga korban yang terlibat.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Pratikno, menyampaikan bahwa penggunaan alat berat diperlukan guna mempercepat proses pencarian. Langkah ini diambil setelah tidak adanya tanda-tanda kehidupan selama operasi pencarian sebelumnya.

Pihak Basarnas juga berupaya untuk memastikan keamanan dan keselamatan saat menggunakan alat berat dalam suasana yang penuh harapan dan kekhawatiran. Komunikasi rutin dilakukan dengan keluarga para santri, menjelaskan kondisi yang ada dan menyebutkan bahwa evakuasi harus dilanjutkan segera.

Operasi Pencarian yang Menuntut Ketelitian

Selama proses pencarian, tim SAR gabungan telah melakukan berbagai asesmen untuk mendapatkan gambaran jelas mengenai situasi di lapangan. Sangat penting untuk melindungi keselamatan semua yang terlibat, tidak hanya anggota tim tetapi juga keluarga yang menunggu kabar di luar. Setiap langkah harus direncanakan dengan cermat dan terkoordinasi dengan baik.

Pratikno menegaskan bahwa meskipun alat berat digunakan, semua prosedur keamanan dilaksanakan secara ketat. Penggunaan crane dan alat berat lainnya akan dilakukan dengan hati-hati agar tidak ada kerusakan tambahan pada struktur reruntuhan yang ada.

Dalam pernyataannya, Pratikno menyatakan bahwa pihaknya berkomitmen untuk terus berdoa demi keselamatan semua korban. Rasa harap dan kekhawatiran menyelimuti lokasi kejadian, di mana setiap detik sangat berharga.

Kronologi Kejadian Ambruknya Gedung

Gedung tiga lantai yang ambruk merupakan bagian dari infrastruktur Pondok Pesantren Al Khoziny yang saat itu tengah dalam tahap pembangunan. Pada saat kejadian, ratusan santri sedang melaksanakan Salat Ashar secara berjemaah. Kejadian ini tentu mengejutkan semua yang berada di lokasi dan menyebabkan kekhawatiran besar di kalangan orang tua para santri.

Sejak kejadian malang itu pada Senin sore, upaya pencarian dan evakuasi korban tidak henti-hentinya dilakukan. Selama tiga hari operasi, tim berhasil mengevakuasi lebih dari seratus korban, sebagian besar dalam keadaan selamat, meskipun ada pula yang mengalami luka-luka.

Angka evakuasi mencapai 108 orang, di mana lima di antaranya dinyatakan meninggal dunia. Ini menunjukkan betapa seriusnya dampak dari ambruknya gedung tersebut, di mana ratusan jiwa seolah terancam dalam sekejap.

Respon Keluarga dan Komunitas Terhadap Tragedi Ini

Keluarga para santri yang terlibat dalam kejadian ini merasa sangat cemas menunggu kepastian mengenai kabar anggota keluarga mereka. Dukungan emosional dan informasi yang akurat sangat diperlukan dalam kondisi semacam ini. Dialog yang terus dilakukan antara pemerintah dan keluarga menjadi langkah penting untuk memberikan pengertian dalam situasi yang sangat menegangkan.

Pihak pemerintah, termasuk mentri terkait, berusaha memberikan penjelasan yang transparan mengenai proses pencarian dan alasan di balik penggunaan alat berat. Keluarga akhirnya menyetujui langkah tersebut yang dianggap sebagai pilihan terbaik dalam situasi genting ini.

Di tengah kesedihan dan keprihatinan, banyak yang berharap agar evakuasi dapat segera menemukan korban yang terjebak. Sebuah harapan bahwa, meski dalam keadaan sulit, masih ada kemungkinan untuk menyelamatkan nyawa.